Friday, February 22, 2013

Meneladani Sifat Sabar




{فَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ ٱلشَّمْسِ وَقَبْلَ ٱلْغُرُوبِ (39) وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَٰرَ ٱلسُّجُودِ (40)}

“Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam (nya). Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai shalat.” (Q.S. Qaf: 39-40)

Allah memerintahkan Nabi-Nya agar meneladani sifat sabar-Nya dalam menghadapi ucapan-ucapan musuhnya tentang dirinya; seperti halnya Allah bersabar terhadap ucapan kaum Yahudi yang menganggap Dia perlu beristirahat setelah menciptakan alam semesta. Dan, tidak satu pun yang lebih sabar terhadap gangguan yang didengarnya daripada Dia.

Selanjutnya, pada ayat 39-40, Alah memerintahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk melakukan hal-hal yang menjadi penunjang kebenaran; yaitu bertasbih dengan memuji Rabb-nya sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam, juga pada malam hari dan setelah shalat.

Ada yang berpendapat bahwa maksud bertasbih setelah shalat itu ialah mengerjakan shalat Witir. Pendapat lain menyebutkan bahwa maksudnya ialah shalat 2 rakaat setelah Maghrib. Pendapat pertama dikatakan oleh Ibnu Abbas; sedangkan pendapat keuda dikemukakan oleh Umar, Ali, Abu Hurairah, Al-Hasan bin Ali, dan Ibnu Abbas pada salah satu dari dua riwayat yang bersumber darinya. Adapun riwayat ketiga yang dinukil dari Ibnu Abbas menyatakan bahwa maksudnya ialah bertasbih dengan lisan setiap selesai shalat fardhu. (Lihat  Ad-Durr Al-Mantsuur (VII/611), Tafsiir Ibn Katsiir (VII/386-387) dan Tafsiir Ibn Jariir (VII/610-611)



Sumber: Fawaaid Al-Fawaaid, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Diketik  ulang dari Fawaidul Fawaid cetakan Pustaka Imam Syafi’i

No comments:

Post a Comment