1 - {الٓمٓ}
2 -{ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًۭى لِّلْمُتَّقِينَ}
1 - “Alif Laam Miim.”
2
– “Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa.”
Kosakata
[ذَٰلِكَ] : Ini; diartikan ‘ini’
dengan pengisyaratan dekat namun lafadznya adalah isyarat jauh menunjukkan
ketinggian manzilah dan kadarnya.
[ٱلْكِتَٰبُ]: Kitab (yang dimaksud
adalah Al-Qur’an)
[رَيْب] : Keraguan
[هُدۭى] : Petunjuk
[لِّلْمُتَّقِينَ] : Lam bermakna: untuk;
bagi. Sementara Al-Muttaqiin adalah orang-orang bertaqwa.
TAFSIR
(Tafsir As-Sa’dy):
{1}
Huruf-huruf yang terpenggal-penggal di setiap
awal surat lebih baik dibiarkan dan tidak dicoba-coba untuk dicari
makna-maknanya tanpa ada sandaran yang syar’I, dan diiringi dengan keyakinan
yang kuat bahwasanya Allah Ta’ala tidak menurunkannya dengan sia-sia,
akan tetapi menyimpan hikmah yang tidak kita ketahui.
{2} Firman-Nya { ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ } “Kitab ini”,
yaitu kitab suci yang agung ini dalam arti hakiki, yang mengandung hal-hal yang
tidak dikandung oleh kitab-kitab terdahulu maupun sekarang berupa ilmu yang
agung dan kebenaran yang nyata. { لَا رَيْبَ فِيهِ } “Tidak ada keraguan padanya”, dan juga
tidak ada kebimbangan padanya dalam bentuk apapun. Meniadakan keraguan dari
kitab ini mengharusan apa yang bertentangan dengannya, di mana hal yang bertentangan
dengan hal itu adalah keyakinan, maka kitab ini mengandung ilmu keyakinan yang
menghapus segala bentuk keraguan dan kebimbangan.
Ini
merupakan suatu kaidah yang menunjukkan bahwa peniadaan di sini maksudnya
adalah pujian yang harus melingkup hal yang bertentangan dengannya yaitu
kesempurnaan, karena peniadaan adalah suatu yang tidak ada, sedangkan hal yang
tiada secara murni itu tidak ada pujian padanya. Dan karen Kitab suci ini
mengandung keyakinan sedangkan hidayah itu tidaklah akan dapat diperoleh
kecuali dengan keyakinan, maka Allah berfirman { هُدًى لِلْمُتَّقِينَ } “Petunjuk (hidayah) bagi mereka yang
bertakwa.”. Hidayah itu adalah suatu yang memberikan petunjuk dari
kesesatan dan kesamaran, dan (sebaliknya) membimbing untuk menempuh jalan yang
berguna.
Allah
berfirman di sini, { هُدًى } “Petunjuk” dan tidak merinci bentuk petunjuknya, Dia
tidak berfirman, “petunjuk untuk kemaslahatan ini atau untuk kepentingan
begini,” karena yang dimaksud adalah keumuman (mencakup seluruh kemaslahatan
dan kebaikan), dan bahwasanya ia adalah petujuk untuk seluruh kemaslahatan
kedua negeri. Ia adalah pembimbing bagi hamba dalam masalah-masalah ushul
(pokok) dan masalah-masalah furuu’ (cabang), pemberi penjelasan untuk
kebenaran dari kebatilan, dan yang sahih dari yang lemah, dan pemberi
penjelasan bagi mereka tata cara menempuh jalan yang berguna bagi mereka di
dunia dan akhirat mereka. Allah berfirman pada tempat yang lain:
{هُدًۭى
لِّلنَّاسِ}
“Petunjuk bagi
manusia.” (Q.S. Al-Baqarah:
185)
Ini
juga umum mencakup semua (untuk seluruh manusia), sedangkan pada pembahasan ini
dan yang selainnya adalah { هُدًى لِلْمُتَّقِينَ }
“petunjuk bagi mereka yang bertakwa”, karena sesungguhnya dalam hal itu
sendiri telah bermakna petunjuk bagi seluruh manusia, sedangkan orang-orang
yang celaka tidak memperhatikan hal itu dan mereka tidak menerima petunjuk
Allah, maka dengan petunjuk ini, hujjah telah ditegakkan atas mereka, dan
mereka tidak mengambil manfaat dengannya, dikarenakan mereka adalah orang-orang
celaka.
Orang-orang
yang bertakwa adalah orang-orang yang melakukan sebab yang terbesar demi
memperoleh petunjuk yaitu ketakwaan, yang mana hakikatnya adalah menjalankan
perkara yang dapat melindungi dari kemurkaan Allah dan adzab-Nya dengan cara
mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, lalu
mereka mengambil petunjuk dengan itu dan mengambil manfaat darinya dengan
sebenar-benarnya. Allah Ta’ala berfirman:
{يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًۭا}
“Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan kepadamu furqaan (petunjuk yang dapat membedakan yang haq dan yang
batil).” (Q.S. Al-Anfal: 29)
Maka
orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang mengambil manfaat dengan ayat-ayat
Al-Qur’an dan ayat-ayat kauniyyah¸juga karena hidayah itu ada dua
macam: hidayah penjelas, dan hidayah
taufik. Maka, orang-orang yang bertakwa mendapatkan kedua hidayah tersebut
sedangkan selain dari mereka tidak mendapatkan hidayah taufik, karena hidayah
penjelasan tanpa mendapat hidayah taufik untuk mengamalkannya bukan merupakan
hidayah secara hakiki dan sempurna.
Kemudian
Allah menggambarkan ciri orng-orang yang bertakwa tersebut, yaitu memiliki
keyakinan-keyakinan dan amalan-amalan batin serta amalan-amalan lahir, karena
ketakwaan memang mencakup semua itu di ayat berikutnya.
Terjemahan tafsir
mengandalkan kitab Tafsir Al-Qur'an (Tafsir As-Sa'dy) cetakan Pustaka Shahifa.
Disusun dan ditulis oleh
Hasan Al-Jaizy
No comments:
Post a Comment