Saturday, February 23, 2013

002 TAFSIR AL-BAQARAH: Ayat 1-2



1 -       {الٓمٓ}

2 -{ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًۭى لِّلْمُتَّقِينَ}

1 - “Alif Laam Miim.”

2 – “Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”


Kosakata

[ذَٰلِكَ] : Ini; diartikan ‘ini’ dengan pengisyaratan dekat namun lafadznya adalah isyarat jauh menunjukkan ketinggian manzilah dan kadarnya.

[ٱلْكِتَٰبُ]: Kitab (yang dimaksud adalah Al-Qur’an)

[رَيْب] : Keraguan

[هُدۭى] : Petunjuk

[لِّلْمُتَّقِينَ] : Lam bermakna: untuk; bagi. Sementara Al-Muttaqiin adalah orang-orang bertaqwa.



TAFSIR (Tafsir As-Sa’dy):



{1} Huruf-huruf yang terpenggal-penggal di setiap awal surat lebih baik dibiarkan dan tidak dicoba-coba untuk dicari makna-maknanya tanpa ada sandaran yang syar’I, dan diiringi dengan keyakinan yang kuat bahwasanya Allah Ta’ala tidak menurunkannya dengan sia-sia, akan tetapi menyimpan hikmah yang tidak kita ketahui.

{2} Firman-Nya { ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ } “Kitab ini”, yaitu kitab suci yang agung ini dalam arti hakiki, yang mengandung hal-hal yang tidak dikandung oleh kitab-kitab terdahulu maupun sekarang berupa ilmu yang agung dan kebenaran yang nyata. { لَا رَيْبَ فِيهِ } “Tidak ada keraguan padanya”, dan juga tidak ada kebimbangan padanya dalam bentuk apapun. Meniadakan keraguan dari kitab ini mengharusan apa yang bertentangan dengannya, di mana hal yang bertentangan dengan hal itu adalah keyakinan, maka kitab ini mengandung ilmu keyakinan yang menghapus segala bentuk keraguan dan kebimbangan.

Ini merupakan suatu kaidah yang menunjukkan bahwa peniadaan di sini maksudnya adalah pujian yang harus melingkup hal yang bertentangan dengannya yaitu kesempurnaan, karena peniadaan adalah suatu yang tidak ada, sedangkan hal yang tiada secara murni itu tidak ada pujian padanya. Dan karen Kitab suci ini mengandung keyakinan sedangkan hidayah itu tidaklah akan dapat diperoleh kecuali dengan keyakinan, maka Allah berfirman { هُدًى لِلْمُتَّقِينَ } “Petunjuk (hidayah) bagi mereka yang bertakwa.”. Hidayah itu adalah suatu yang memberikan petunjuk dari kesesatan dan kesamaran, dan (sebaliknya) membimbing untuk menempuh jalan yang berguna.

Allah berfirman di sini, { هُدًى } “Petunjuk” dan tidak merinci bentuk petunjuknya, Dia tidak berfirman, “petunjuk untuk kemaslahatan ini atau untuk kepentingan begini,” karena yang dimaksud adalah keumuman (mencakup seluruh kemaslahatan dan kebaikan), dan bahwasanya ia adalah petujuk untuk seluruh kemaslahatan kedua negeri. Ia adalah pembimbing bagi hamba dalam masalah-masalah ushul (pokok) dan masalah-masalah furuu’ (cabang), pemberi penjelasan untuk kebenaran dari kebatilan, dan yang sahih dari yang lemah, dan pemberi penjelasan bagi mereka tata cara menempuh jalan yang berguna bagi mereka di dunia dan akhirat mereka. Allah berfirman pada tempat yang lain:

{هُدًۭى لِّلنَّاسِ}

“Petunjuk bagi manusia.” (Q.S. Al-Baqarah: 185)

Ini juga umum mencakup semua (untuk seluruh manusia), sedangkan pada pembahasan ini dan yang selainnya adalah  { هُدًى لِلْمُتَّقِينَ } “petunjuk bagi mereka yang bertakwa”, karena sesungguhnya dalam hal itu sendiri telah bermakna petunjuk bagi seluruh manusia, sedangkan orang-orang yang celaka tidak memperhatikan hal itu dan mereka tidak menerima petunjuk Allah, maka dengan petunjuk ini, hujjah telah ditegakkan atas mereka, dan mereka tidak mengambil manfaat dengannya, dikarenakan mereka adalah orang-orang celaka.

Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang melakukan sebab yang terbesar demi memperoleh petunjuk yaitu ketakwaan, yang mana hakikatnya adalah menjalankan perkara yang dapat melindungi dari kemurkaan Allah dan adzab-Nya dengan cara mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, lalu mereka mengambil petunjuk dengan itu dan mengambil manfaat darinya dengan sebenar-benarnya. Allah Ta’ala berfirman:

{يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًۭا}

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan (petunjuk yang dapat membedakan yang haq dan yang batil).” (Q.S. Al-Anfal: 29)

Maka orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang mengambil manfaat dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan ayat-ayat kauniyyah¸juga karena hidayah itu ada dua macam: hidayah  penjelas, dan hidayah taufik. Maka, orang-orang yang bertakwa mendapatkan kedua hidayah tersebut sedangkan selain dari mereka tidak mendapatkan hidayah taufik, karena hidayah penjelasan tanpa mendapat hidayah taufik untuk mengamalkannya bukan merupakan hidayah secara hakiki dan sempurna.

Kemudian Allah menggambarkan ciri orng-orang yang bertakwa tersebut, yaitu memiliki keyakinan-keyakinan dan amalan-amalan batin serta amalan-amalan lahir, karena ketakwaan memang mencakup semua itu di ayat berikutnya.



Terjemahan tafsir mengandalkan kitab Tafsir Al-Qur'an (Tafsir As-Sa'dy) cetakan Pustaka Shahifa.

Disusun dan ditulis oleh Hasan Al-Jaizy

No comments:

Post a Comment