Sunday, February 24, 2013

Pepohonan Di Taman Hati




Tahun itu ibarat pohon, bulan ibarat dahan-dahannya, hari ibarat ranting-rantingnya, jam ibarat dedaunannya, dan hembusan nafas ibarat buahnya. Maka, siapapun yang nafasnya dimanfaatkan untuk ketaatan, niscaya buah yang dihasilkan pohon itu akan menjadi baik. Sedangkan siapa saja yang napasnya digunakan untuk kemaksiatan, niscaya buahnya akan terasa pahit. Masa panen buah yang sebenarnya akan dilakukan di akhirat. Pada saat itulah baru diketahui manis atau pahitnya buah dari pohon tersebut.

Ikhlas dan tauhid ibarat sebatang pohon yang tumbuh di taman hati. Dahan-dahannya adalah amal perbuatan, dan buahnya adalah kehidupan yang baik di dunia dan kenikmatan abadi di akhirat. Seperti halnya buah Surga yang tidak ada habis-habisnya dan tida ada larangan untuk memetiknya, maka buah tauhid dan keikhlasan di dunia pun demikian adanya.

Kemusyrikan, kebohongan, dan riya juga laksana sebatang pohon yang tumbuh di dalam hati. Buahnya di dunia adalah rasa takut, cemas, sedih, kesempitan dada dan kegelapan hati. Sedangkan buahnya di akhirat adalah buah az-zaqqum (pohon di Neraka) dan adzab yang abadi.

Allah Ta’ala telah menyebutkan ilustrasi kedua jenis pohon ini di dalam Al-Qur’an, yaitu pada surat Ibrahim:

{ أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًۭا كَلِمَةًۭ طَيِّبَةًۭ كَشَجَرَةٍۢ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌۭ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ (24) تُؤْتِىٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍۭ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍۢ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ ٱلْأَرْضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍۢ (26)}

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.” (Q.S. Ibrahim 24-26)



Sumber: Fawaaid Al-Fawaaid, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Diketik ulang dari Fawaidul Fawaid cetakan Pustaka Imam Syafi'i

No comments:

Post a Comment