Bentuk
mengenal Allah Ta’ala atau yang lebih dikenal dengan ma’rifatullah
terdiri atas dua macam:
Pertama: Ma’rifat Iqraar (mengenal Allah sebatas pengakuan). Ma’rifat
ini dimiliki semua orang, yang baik maupun yang jahat, yang taat maupun yang
durhaka.
Kedua: Ma’rifat yang membuat hamba malu kepada Allah sekaligus
cinta kepada-Nya. Ma’rifat ini menjadikan hati hamba hanya bergantung
pada-Nya dan selalu rindu untuk bertemu dengan-Nya; yang membuat takut dan
hanya berserah diri kepada-Nya; merasa dekat dengan-Nya dan melepaskan diri
dari makhluk agar dapat menuju kepada-Nya.
Jenis
yang terakhir ini merupakan bentuk ma’rifat khusus, sebagaimana dikenal
dalam istilah golongan tertentu (yang dimaksud adalah orang-orang zuhud dan
ahli ibadah). Manusia memiliki tingkat yang berbeda-beda dalam ma’rifat
semacam ini, dan hanya Allah yang mengetahui perbedaan tingkatan mereka.
Karena, Dialah yang membuat mereka mengenal diri-Nya dan membuka hati mereka
untuk mengenal-Nya sebatas tingkat yang tidak dianugerahkan kepada yang lain.
Meskipun tingkatannya berbeda-beda, tapi semua bentuk ma’rifat mereka
mengarah kepada ma’rifat yang kedua ini, sesuai dengan kadar yang
dianugerahkan kepada masing-masing.
Hamba
yang paling mengenal Allah, yakni Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
pernah menyebutkan dalam doanya:
لَا أُحْصِي ثَنَاءً
عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
“Aku tidak sanggup
memuji diri-Mu sebagaimana mestinya, hanya Engkaulah yang mengetahui pujian
yang pantas untuk diri-Mu.” (H.R. Muslim, no. 496)
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam juga memberitahukan bahwa pada Hari Kiamat
kelak, Allah akan memberitahukan kepada beliau sebagai pujian bagi diri-Nya
yang tidak beliau ketahui ketika masih hidup di dunia. Hal ini sebagaimana
ditetapkan di dalam hadits mengenai syafa’at yang diriwayatkan oleh Al-Bukhary,
no. 4206, dan Muslim, no. 193.
Sumber: Fawaaid Al-Fawaaid, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Penerjemah: A. Sjinqithi Djamaluddin
diketik ulang oleh Hasan Al-Jaizy
No comments:
Post a Comment