Wednesday, February 27, 2013

Bagaimana Mungkin Ada Penyatuan Antara Keyakinan Kepada Hari Kebangkitan dan Meninggalkan Amal?



Boleh jadi engkau bertanya, “Bagaimana mungkin ada penyatuan antara pembenaran yang tiada keraguan sedikitpun tentang hari berbangkit, surga dan neraka, namun tidak mau beramal? Apakah termasuk dalam tabiat manusia, dia mengetahui bahwa kelak dia akan dituntut di hadapan Allah untuk dihukum dengan hukuman yang pedih atau dimuliakan dengan kemuliaan yang sempurna, lalu saat itu dia lupa dan lalai, tidak ingat sedikit pun apa yang pernah diperbuatnya dan dia tidak akan diberi pembalasan sebagaimana mestinya?”

Dapat dijawab sebagai berikut:

Demi Allah, ini merupakan pertanyaan yang amat bagus, yang juga sering dilontarkan manusia. Menyatukan dua hal ini merupakan sesuatu yang aneh. Adapun keengganan untuk beramal memiliki beberapa sebab, di antaranya adalah pengetahuan yang lemah dan keyakinan yang minim. Siapa yang beranggapan bahwa ilmu itu tidak berbeda-beda, maka itu merupakan perkataan yang jelas batil.

Ibrahim alaihissalam pernah memohon agar Allah memperlihatkan bagaimana Dia menghidupkan orang yang sudah mati, sehingga beliau dapat melihat dengan mata telanjang, setelah beliau mengetahui kekuasaan Allah tentang hal itu, agar hatinya semakin tenang dan mantap, sehingga data yang tadinya berupa sesuatu yang gaib berubah menjadi sesuatu yang nyata.

Ahmad meriwayatkan di dalam Musnad­-nya, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:

{ لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ}
“Berita itu tidak seperti yang dilihat”
 

Jika kelemahan ilmu ini menyatu dengan tidak adanya rasa kehadirannya di dalam hati pada setiap rentang waktunya atau mayoritas di dantaranya, karena ia sibuk dengan hal-hal yang bertentangan dengannya, lalu ditambah lagi dengan kekuasaan hawa nafsu dan syahwat serta tipu daya syetan, merasakan kelambanan janji, jauhnya harapan, kungkungan kelalaian dan kecintaan kepada dunia, maka di sana tidak ada yang sanggup menguasai iman selain yang dapat menguasai langit dan bumi, agar keduanya tidak binasa. Berdasarkan sebab inilah manusia berbeda-beda dalam iman dan amalnya, hingga berhenti pada sebiji atom di dalam hati.

Inti dari sebab-sebab ini ialah kelemahan pengetahuan dan kesabaran. Karena itulah Allah memuji orang-orang yang sabar dan yakin serta menjadikan mereka sebagai para pemuka agama. Firman-Nya:

{وجَعَلنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ}

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan, adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (Q.S. As-Sajdah: 24)





Sumber: Al-Jawaab Al-Kaafy, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Penerjemah: Kathur Suhardi
Dari kitab: Noktah-noktah Dosa, Terapi Penyakit Hati, Pustaka Darul Falah


No comments:

Post a Comment