Boleh
jadi engkau bertanya, “Bagaimana mungkin ada penyatuan antara pembenaran yang
tiada keraguan sedikitpun tentang hari berbangkit, surga dan neraka, namun
tidak mau beramal? Apakah termasuk dalam tabiat manusia, dia mengetahui bahwa
kelak dia akan dituntut di hadapan Allah untuk dihukum dengan hukuman yang
pedih atau dimuliakan dengan kemuliaan yang sempurna, lalu saat itu dia lupa
dan lalai, tidak ingat sedikit pun apa yang pernah diperbuatnya dan dia tidak
akan diberi pembalasan sebagaimana mestinya?”
Dapat
dijawab sebagai berikut:
Demi
Allah, ini merupakan pertanyaan yang amat bagus, yang juga sering dilontarkan
manusia. Menyatukan dua hal ini merupakan sesuatu yang aneh. Adapun keengganan
untuk beramal memiliki beberapa sebab, di antaranya adalah pengetahuan yang
lemah dan keyakinan yang minim. Siapa yang beranggapan bahwa ilmu itu tidak
berbeda-beda, maka itu merupakan perkataan yang jelas batil.
Ibrahim
alaihissalam pernah memohon agar Allah memperlihatkan bagaimana Dia
menghidupkan orang yang sudah mati, sehingga beliau dapat melihat dengan mata
telanjang, setelah beliau mengetahui kekuasaan Allah tentang hal itu, agar
hatinya semakin tenang dan mantap, sehingga data yang tadinya berupa sesuatu
yang gaib berubah menjadi sesuatu yang nyata.
Ahmad
meriwayatkan di dalam Musnad-nya, dari Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
{ لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ}
“Berita itu tidak seperti yang dilihat”
Jika
kelemahan ilmu ini menyatu dengan tidak adanya rasa kehadirannya di dalam hati
pada setiap rentang waktunya atau mayoritas di dantaranya, karena ia sibuk
dengan hal-hal yang bertentangan dengannya, lalu ditambah lagi dengan kekuasaan
hawa nafsu dan syahwat serta tipu daya syetan, merasakan kelambanan janji,
jauhnya harapan, kungkungan kelalaian dan kecintaan kepada dunia, maka di sana
tidak ada yang sanggup menguasai iman selain yang dapat menguasai langit dan
bumi, agar keduanya tidak binasa. Berdasarkan sebab inilah manusia berbeda-beda
dalam iman dan amalnya, hingga berhenti pada sebiji atom di dalam hati.
Inti
dari sebab-sebab ini ialah kelemahan pengetahuan dan kesabaran. Karena itulah
Allah memuji orang-orang yang sabar dan yakin serta menjadikan mereka sebagai
para pemuka agama. Firman-Nya:
{وجَعَلنَا
مِنْهُمْ
أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا
يُوقِنُونَ}
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan, adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”
(Q.S. As-Sajdah: 24)
Sumber: Al-Jawaab
Al-Kaafy, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Penerjemah: Kathur Suhardi
Dari kitab: Noktah-noktah
Dosa, Terapi Penyakit Hati, Pustaka Darul Falah
No comments:
Post a Comment