Ibadah Hati
Abu
Ad-Darda’ berkata, “Alangkah terpujinya tidur dan berbuka puasanya orang-orang
yang bijak lagi dalam pengetahuannya. Lihatlah, bagaimana mereka mengungguli
shalat malam dan puasanya orang-orang bodoh. Ingatlah bahwa sebiji sawi ibadah
yang dilakukan orang-orang yang bertakwa adalah lebih utama daripada sebesar
gunung ibadah yang dilakukan orang-orang yang terperdaya.” (Az-Zuhd, Imam
Ahmad bin Hanbal, hal 137-138)
Ungkapan
ini merupakan salah satu ungkapan yang sarat hikmah. Di samping itu, ia
merupakan bukti kesempurnaan pemahaman para sahabat radhiyallahu anhum dan
bahwa mereka adalah generasi yang selalu berada di garis terdepan dalam meraih
setiap kebaikan daripada generasi yang datang sesudah mereka.
Dan
ketahuilah, seorang hamba hanya dapat menempuh jalan menuju Allah dengan hati
dan harapannya, bukan sekadar dengan anggota badannya saja.
Hakikat Takwa
Ketakwaan
pada hakikatnya terletak pada ketakwaan hati, bukan ketakwaan anggota badan.
Pernyataan ini sebagaimana firman Allah Ta’ala berikut:
{ ذَٰلِكَ وَمَن
يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ}
“Demikianlah (perintah Allah). Dan
barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari
ketakwaan hati.” (Q.S. Al-Hajj: 32)
{
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن
يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ }
“Daging-daging unta dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari
kamulah yang dapat mencapainya.” (Q.S. Al-Hajj: 37)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun pernah bersabda:
التَّقوَى ههُنَا
“Takwa itu ada di sini.”
(H.R. Muslim, no. 2564, dari Abu Hurairah)
Ketika menegaskan hal itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam menunjuk dada beliau.
Orang yang cerdas –dengan berbekal tekad yang bulat, cita-cita
yang tinggi, tujuannya yang mulia, niatnya yang baik, dan dengan sedikit amal
saja- mampu menempuh jarak beberapa kali lipat lebih jauh daripada jarak yang
dapat ditempuh oleh orang yang tidak berbekal dengan sifat-sifat tersebut.
Tanpa semua itu, seseorang pasti akan menempuh perjalanannya dengan kelelahan
dan kesulitan yang luar biasa. Sungguh, keinginan kuat yang diiringi dengan
rasa cinta kepada-Nya, bisa menghilangkan kesulitan dan membuat perjalanan
menjadi lebih menyenangkan.
Tekad dan Keinginan Kuat
Menjadi yang terdepan dan pemenang dalam perjalanan menuju Allah Ta’ala
hanya dapat dilakukan dengan tekad, keinginan dan niat yang kuat. Orang yang
mempunyai tekad kuat –sekalipun pasif- mampu mendahului orang yang banyak
beramal tapi tidak memiliki tekad yang kuat. Akan tetapi, jika kedua orang itu
mempunyai tekad yang sama, maka yang lambat bertindak akan dikalahkan oleh
orang yang lebih aktif beramal.
Sumber: Fawaaid Al-Fawaaid, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
diketik ulang dari Fawaidul Fawaid, Pustaka Imam Syafi'i
No comments:
Post a Comment