MASALAH ini telah dibahas berkali-kali, namun
mengulanginya secara permanen sangat penting untuk mengingatkan hati.
Seorang mukmin wajib ketahui bahwa Allah Subhanahu
wa Ta’ala adalah Pemilik Yang Mahabijaksana yang tak melakukan kesia-siaan,
dan pengetahuan ini melarangnya memprotes takdir-Nya.
Sejumlah makhluk telah memprotes Allah dan hikmah-Nya.
Itu adalah tindakan yang menjadikan seseorang kafir. Makhluk pertama yang memprotes
hikmah Allah adalah Iblis dengan mengatakan, “Aku lebih baik daripadanya:
Engkau ciptakan aku dari api sedang ia Engkau ciptakan dari tanah.” [Q.S.
Al-A’raf: 12], yakni tindakan-Mu mengunggulkan tanah atas api adalah tindakan
yang tidak sesuai dengan hikmah!!!
Aku sendiri mengetahui seorang ulama yang punya hobi
memprotes kebijaksanaan Allah, karena ia hanya melihat bentuk zahir
perbuatan-Nya. Kalau saja bentuk zahir perbuatan tersebut memang berasal dari
makhluk seperti kita, ia layak diprotes. Tapi protes makhluk yang lemah dan
bodoh terhadap Dzat yang hikmah-Nya tak bisa dijangkau oleh akal adalah
tindakan yang bodoh.
Orang-orang yang tak punya prinsip selalu memprotes
perbuatan-perbuatan Allah Azza wa Jalla, karena mereka menginginkan takdir
berjalan sesuai dengan keinginan mereka. Karena itu, setiap kali ada suatu
keinginan mereka yang tak tercapai, mereka pun langsung protes, sebagian mereka
ada yang sampai membahas kematian, maka ia mengatakan, “Dia membangun lalu
menghancurkannya sendiri!”
Kami punya seorang teman yang hafal Al-Qur’an lengkap
dengan berbagai versi bacaannya serta meriwayatkan hadits dalam jumlah yang
sangat banyak. Kemudian ia terjerumus ke dalam berbagai macam dosa dan bertahan
hidup hingga umur 70 tahun. Menjelang mati ia mengatakan, “Dunia mau menampung
segala sesuatu, namun menolak ruhku!”
Kisah yang hampir sama adalah kisah seseorang yang
berkata, “Tuhanku telah menzhalimiku!” sesaat sebelum kematiannya!
Hal-hal seperti di atas sangat sering terjadi.
Hukum menceritakan perkataan dan protes orang-orang
yang tak punya prinsip saat mereka gila adalah makruh. Dan andaikata mereka
mengetahui bahwa dunia adalah medan perlombaan dan ruang ujian untuk
memperlihatkan perbuatan Sang Khaliq tentu mereka tidak akan protes.
Selain itu, jawaban untuk pertanyaan dan protes mereka
sejatinya ada di depan mereka...andai saja mereka bisa memahami. Tukang gali
sumur misalnya, ia belepotan dengan tanah ketika sedang bekerja, namun sesudah
selesai ia kembali mengenakan pakaian yang bersih. Begitu pula yang dilakukan
terhadap tubuh yang tak layak abadi ini. Ketika ia hendak dihancurkan, maka
jiwa yang mulia diselamatkan darinya, lalu bangunan tubuh yang kekal diciptakan
kembali.
Sampaikanlah kepada orang yang memprotes hikmah Allah:
ثُمَّ لْيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُۥ مَا يَغِيظُ
“kemudian hendaklah ia
melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat
melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.” [Q.S. Al-Hajj: 15]
Lalu tegaskan lagi
kepadanya, “Bila kamu protes, protesmu tetap tak bisa hentikan perjalanan
takdir. Dan bila kamu pasrah, takdir juga akan tetap berjalan seperti
sediakala. Tetap berjalannya takdir sedang kamu mendapatkan pahala adalah lebih
baik daripada berjalannya takdir sedang kamu memperoleh dosa.”
Alangkah indah diamnya
Wadhah Al-Yaman ketika ia bersembunyi di dalam sebuah kota, sang penguasa
menanyainya, “Hai kotak, bila di dalam dirimu ada sesuatu yang kami duga, kami
akan mengenyahkanmu, namun jika di dalam dirimu tak ada apa-apa, mengubur kotak
bukanlah suatu dosa!”
Kalau saja Wadhah berteriak
tentu ia tak mendapatan manfaat apa pun. Bahkan ia bisa jadi akan dikeluarkan,
lalu dibunuh dengan cara yang paling mengerikan.
[Shaid Al-Khaathir]
No comments:
Post a Comment