ORANG
berakal mengatur kehidupannya di dunia dengan akalnya. Jika ia miskin, ia akan
bersungguh-sungguh bekerja dan mencari uang agar ia tak terhina di mata
makhluk. Lalu ia pun mengurangi jumlah pengeluarannya dan memuaskan diri dengan
apa yang ada. Karena itu, ia pun hidup dalam keadaan terbebas dari budi orang
lain dan terhormat di tengah masyarakat. Sedang jika ia kaya, ia wajib mengatur
pengeluarannya, karena ia bisa saja jatuh miskin, lalu ia mesti menghinakan
diri kepada orang lain. Salah satu bentuk bencana adalah boros dan melampaui
batas dalam berbelanja karena ingin menghina musuk. Padahal, tindakannya ini
sejatinya justru bisa membuat musuh menyihirnya.
Seseorang
seyogyanya mengambil jalan tengah dalam segala situasi, serta menutupi sesuatu
yang tak layak diceritakan kepada orang lain.
Suatu
saat, seorang petugas yang memandikan jenazah menemukan uang yang banyak. Ia
lantas membelanjakannya sesuka hati. Ketika cerita penemuan uang itu diketahui
orang banyak, harta yang ada di tempatnya disita. Ia pun kembali menjadi tak
punya apa-apa.
Tindakan
bijaksana adalah menyimpan harta, hemat dalam berbelanja dan merahasiakan
sesuatu yang semestinya dirahasiakan. Sedang tindakan ceroboh adalah
memberitahu istri tentang jumlah harta yang dimiliki. Karena jika sedikit, ia
akan dihina. Sedangkan jika banyak, istrinya akan menuntut tambahan pakaian dan
perhiasan.
Allah
Azza wa Jalla berfirman:
وَلَا
تُؤْتُوا۟ ٱلسُّفَهَآءَ أَمْوَٰلَكُمُ ٱلَّتِى جَعَلَ ٱللَّهُ لَكُمْ قِيَٰمًۭا وَٱرْزُقُوهُمْ
فِيهَا وَٱكْسُوهُمْ وَقُولُوا۟ لَهُمْ قَوْلًۭا مَّعْرُوفًۭا
"Dan
janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta
(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik." [Q.S. An-Nisa: 5]
Anak
juga tak boleh diberitahu jumlah harta, demikian pula sahabat, kita tak boleh
menceritakan rahasia kita kepadanya, karena ia sangat mungkin berubah menjadi
musuh. Seorang penyair berkata:
احذر
عدوك مرة ... واحذر صديقك ألف مرة
فلربما
انقلب الصدي ... ق فكان أعلم بالمضرة
"Pasanglah
satu kewaspadaan terhadap musuhmu
Tapi
pasanglah seribu kewaspadaan untuk temanmu
Karena
temanmu bisa saja menjadi musuhmu
dan
ia lebih mengerti keburukan (untukmu)"
[Shaid
Al-Khaathir, Ibnul Jauzy]
waktu sahur, mendapat pelajaran yg berharga. n kata ustadz Syuhada, ucapkanlah syukur akan nikmat ini kpd orang yg menjadi jalan ilmu dr Alloh Azza wa Jalla. jazakallohukhoir, wa barokallohufiik...
ReplyDelete