Tuesday, January 14, 2014

ADAB MUFRAD : Hadits 2 : Berbakti pada Orang Tua

oleh Hasan al-Jaizy


[SANAD & MATAN]

Adam ceritakan kepada kami, ia berkata: Syu’bah ceritakan kepada kami, ia berkata: Ya’la bin Atha’ ceritakan kepada kami, dari ayahnya: Dari Abdullah bin Umar, ia berkata:

رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Ridha Rabb tergantung ridha orang tua dan murka Rabb tergantung murka orang tua.”




[DIRASAT RIJAL]

Sanad hadits ini: ABDULLAH BIN UMAR <-- Atha’ [1] <-- Ya’la bin Atha’ [2] <-- Syu’bah [3] <-- Adam [4] <-- al-Bukhary.

TANBIH: Hadits dengan sanad ini: MAWQUF dengan sanad yang shahih.

[0] Abdullah bin Umar : Sahabat Nabi yang mulia, bermukin di Makkah dan Madinah, wafat di Makkah pada tahun 73 H.


[1] Atha’: Atha’ al-Amiry ath-Tha’ify, seorang tabi’in, perawi tingkatan ke-3. Meriwayatkan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, sedangkan yang meriwayatkan darinya hanyalah Ya’la, anaknya. Ibnu Hibban menyebutkan dalam “ats-Tsiqaat” (5/22) bahwa Syu’bah berkata dari Ya’la bin Atha’ tentang ayahnya (Atha’): “Ayahku dilahirkan 3 tahun sebelum selesainya khilafah Umar.” Atha’ adalah perawi yang dipakai al-Bukhary untuk “al-Adab al-Mufrad”, an-Nasa’iy, Abu Daud dan at-Tirmidzy. [Tahdziib al-Kamaal, 20/133]

Ibn al-Qaththan berkata: ‘(Atha) tidak diketahui keadaannya (majhuul al-haal). Tidak ada yang meriwayatkan darinya selain anaknya, Ya’la.’ Dan adz-Dzahaby pun mengamininya dalam Miizaan al-I’tidaal. [Tahdziib at-Tahdziib, 7/220]

Sementara, Ibnu Hajar menghakimi beliau sebagai maqbuul  (diterima haditsnya). [Taqriib at-Tahdziib, hal. 392]

[2] Yahya bin Atha’: Yahya bin Atha’ al-Amiry, bermukim di Tha’if dan Wasith, perawi tingkatan ke-4, wafat pada tahun 120 H.

Abu Bakr al-Atsram berkata: ‘Ahmad bin Hanbal telah memujinya baik-baik.” [al-Jarh wa at-Ta’diil, no. 1302]

Yahya bin Ma’iin dan Muhammad bin Sa’d mengatakan dia adalah seorang tsiqah. [Tahdziib al-Kamaal, 32/394-395]

[3] Syu’bah: Syu’bah bin al-Hajjaj, perawi tsiqah tingkatan ke-7, bermukim di Bashrah dan Wasith, wafat di Bashrah pada tahun 160 H. Asy-Syafi’i pernah berkata tentangnya:

لولا شعبة ما عرف الحديث بالعراق

“Andai Syu’bah tidak ada, maka hadits tidak diketahui di Iraq.” [Tahdziib al-Kamaal, 12/491]

[4] Adam: Abdurrahman bin Muhammad bin Syu’ayb, disebut juga Ibnu Aby Iyas, perawi tsiqah tingkatan ke-9, bermukim di Kufah, Baghdad Mesir, Syam, Asqalan dan Bashrah, wafat di Asqalan pada tahun 220 H. Ahmad berkata tentangnya:

كان من الستة أو السبعة الذين يضبطون الحديث عند شعبة

“Ia termasuk dari 6 atau 7 orang yang benar-benar menghafal hadits dari Syu’bah.”

Ibn Ma’in, Abu Hatim dan al-Ajaly mengatakan bahwa dia adalah seorang tsiqah. [Tahdziib at-Tahdziib, 1/196]

[TAKHRIJ]

Selain oleh al-Bukhary dalam ‘al-Adab al-Mufrad’, hadits ini dikeluarkan pula oleh:

[1] At-Tirmidzy (w. 279 H), dalam ”as-Sunan”, no. 1899.
[2] Al-Bazzar (w. 292 H), dalam “al-Bahr az-Zakhkhaar”, no. 2394.
[3] Ibnu Hibban (w. 354 H), dalam “ash-Shahiih”, no. 429.
[4] Ibnu Syahin  (w. 385 H), dalam “at-Targhiib fi Fadhaa’il al-A’maal”, no. 299.

TANBIH: Ada dua perbedaan dalam riwayat al-Bukhary dalam al-Adab al-Mufrad dengan riwayat keempat imam di atas.

Perbedaan Pertama:

Keempat imam di atas meriwayatkan dengan jalur Khalid bin al-Harits, dari Syu’bah, berlanjut secara MARFU’ kepada Rasulullah. Berbeda dengan riwayat al-Bukhary di atas, dari jalur Adam, dari Syu’bah, dan berlanjut secara MAWQUF pada Ibnu Umar.

Perbedaan Kedua:

Keempat imam di atas meriwayatkan dengan perawi tertinggi adalah seorang sahabat bernama Abdullah bin AMR [عبدالله بن عمرو]. Sedangkan al-Bukhary dalam al-Adab al-Mufrad mewaqfkan riwayat pada Abdullah bin UMAR [عبد الله بن عُمَر].

[5] Al-Hakim (w. 405 H), dalam “al-Mustadrak”, no. 7249, secara MARFU’ dengan jalur sanad berikut:

Abdullah --> Ahmad bin Hanbal --> Abdurrahman --> Syu’bah --> Ya’la bin Atha’ --> Abdullah bin Abdullah bin Amr, secara marfu’ kepada Rasulullah. 

Al-Hakim mengatakan: Ini adalah hadits shahih sesuai syarat Muslim, dan belum dikeluarkan oleh al-Bukhary dan Muslim.

Abdullah adalah anaknya Imam Ahmad. Sedangkan Abdurrahman adalah Abdurrahman bin Mahdy. Kesemua rijal dalam sanad ini tsiqah.

Meskipun diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dengan sanad yang shahih, namun hadits ini sama sekali tidak ditemukan dalam “al-Musnad”, sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Nashiruddin al-Albany dalam ‘ash-Shahiihah’ , (2/43).

[6] Al-Bayhaqy (w. 458 H), dalam “Syu’ab al-Iymaan”, no. 7445, 7446, dan 7447, kesemuanya dari jalur Ya’la bin Atha’, secara marfu’ kepada Rasulullah.

TANBIH: Dalam “al-Ilal al-Kabiir” oleh at-Tirmidzy, disebutkan hadits ini secara marfu’ dengan sanad berikut:

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ , حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ , حَدَّثَنَا شُعْبَةُ , عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ , عَنْ أَبِيهِ , عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو , عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

Telah ceritakan pada kami Amr bin Ali [6], telah ceritakan pada kami Khalid bin al-Harits [5], telah ceritakan pada kami Syu’bah [4], dari Ya’la bin Atha’ [3], dari ayahnya [2], dari Abdullah bin Amr [1], dari Nabi shallallahu alayhi wa sallam, berkata: [hadits]

Lalu, at-Tirmidzy berkata:

 أَصْحَابُ شُعْبَةَ لَا يَرْفَعُونَ هَذَا الْحَدِيثَ , وَرَفَعَهُ خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ

“Para perawi dari Syu’bah tidak merafa’kan hadits ini (yakni: tidak menyambungkannya kepada Nabi), dan yang merafa’kannya adalah Khalid bin al-Harits.” [al-Ilal al-Kabiir, 1/312]

[Hukum Hadits]

Hadits ini hasan jika ia mawquuf, dan shahiih jika ia marfuu’

Wallahu a’lam.



No comments:

Post a Comment