Wednesday, July 17, 2013

Tertipu Oleh Diri Sendiri


Sebelum setan menipu daya Adam dan Hawa, dia terlebih dahulu sudah tertipu daya oleh dirinya sendiri. Dia mendapat kemalangan. Demikian juga anak cucunya, pengikut-pengikutnya dan siapa saja yang menaatinya dari kalangan jin maupun manusia.

Bentuk tipu daya setan terhadap dirinya sendiri adalah, bahwasanya tatkala Allah memerintahkannya bersujud kepada Adam alaihissalam, maka sebenarnya letak kebahagiaan, kemuliaan dan keselamatannya adalah dalam menaati dan menuruti perintah Allah itu. Namun jiwanya yang bodoh dan aniaya itu membisikkan bahwa jika ia sampai bersujud kepada Adam, maka itu berarti melecehkan dan merendahkan dirinya. Sebab, hal itu berarti ia tunduk dan sujud kepada makhluk yang tercipta dari tanah, padahal dirinya tercipta dari api. Api itu –menurutnya- lebih mulia ketimbang tanah. Maka, yang tercipta dari api itu lebih baik daripada yang tercipta dari tanah. Dengan demikian, ketertundukan makhluk yang lebih utama terhadap makhluk yang lebih rendah itu berarti pelecehan terhadap dirinya.

Tatkala kebodohan ini menghinggapi hatinya, ditambah lagi munculnya rasa dengki terhadap Adam lantaran ia tahu bahwa Allah telah mengistimewakan Adam dengan berbagai kemuliaan –yaitu, Dia menciptakannya dengan tangan-Nya, menipu-Nya dengan ruh-Nya, menyuruh malaikat agar bersujud kepadanya, mengajarkan segala macam nama kepadanya yang tidak Dia ajarkan kepada malaikat sekalipun, serta menempatkannya di surga- maka kedengkian dari musuh Allah itu semakin mengklimaks. Ia memandang Adam sebagai makhluk yang tercipta dari tanah kering seperti tembikar, sehingga ia pun tak habis pikir seraya berkata, “Apa mulianya makhluk ini? Sekiranya ia dikuasakan atas diriku, maka pasti akan aku durhakai ia. Dan jika aku dikuasakan atas dirinya, pasti akan aku hancurkan ia!”

Tuesday, July 16, 2013

Tidak Memprotes Hikmah Ilahi



MASALAH ini telah dibahas berkali-kali, namun mengulanginya secara permanen sangat penting untuk mengingatkan hati.

Seorang mukmin wajib ketahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Pemilik Yang Mahabijaksana yang tak melakukan kesia-siaan, dan pengetahuan ini melarangnya memprotes takdir-Nya.

Sejumlah makhluk telah memprotes Allah dan hikmah-Nya. Itu adalah tindakan yang menjadikan seseorang kafir. Makhluk pertama yang memprotes hikmah Allah adalah Iblis dengan mengatakan, “Aku lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan aku dari api sedang ia Engkau ciptakan dari tanah.” [Q.S. Al-A’raf: 12], yakni tindakan-Mu mengunggulkan tanah atas api adalah tindakan yang tidak sesuai dengan hikmah!!!

Monday, July 15, 2013

Dunia Sengaja Dikeruhkan


ORANG yang merenungkan hal-ihwal dunia pasti akan tahu bahwa ia diciptakan untuk dijauhi. Karena itu, orang yang ingin menikmatinya pasti akan menemukan kesusahan di balik setiap kesenangannya serta kekeruhan di balik setiap kejernihannya. Pendek kata, setiap bagian dunia yang diangkat pasti akan diturunkan.

Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- mencintai Aisyah –radhiyallahu anha-, lalu beliau diuji dengan ‘hadits ifk’ (tuduhan melakukan zina yang diarahkan kepada Aisyah oleh orang-orang munafik). Dan beliau mencintai Zainab, kemudian turunlah ayat:

فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌۭ مِّنْهَا وَطَرًۭا

“Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya)” [Q.S. Al-Ahzab: 37]

Seorang pecinta dunia yang mendapatkan apa yang dicintainya pasti sadar bahwa ia akan berpisah darinya. Oleh sebab itu, kehidupannya menjadi tidak nyaman, meski ketika itu kekasihnya masih ada di dekatnya. Keadaan ini telah diungkapkan seorang penyair dengan perkataannya berikut:

أتم الحزن عندي في سرور ... تيقن عنه صاحبه انتقالاً

“Kesedihan paling menyedihkan bagiku adalah kebahagiaan
Yang diyakini pemiliknya akan segera berubah”

Orang yang berakal pasti akan tahu bahwa tujuan penciptaan kekeruhan di dunia adalah menjauhkan manusia darinya. Karena itu, ia pun hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya dan menolak menyibukkan diri dengannya. Ia memilih memfokuskan konsentrasinya mengabdi kepada Allah Ta’ala. Adapun orang yang tidak melakukan tindakan seperti itu pasti akan menyesal pada saat semuanya sudah terlambat.

[Shaid Al-Khaathir, Ibnul Jauzy]

Sunday, July 14, 2013

Hakekat Kesabaran

Hakekat kesabaran adalah suatu akhlak mulia yang dimiliki seseorang, yang dengannya ia mampu menahan diri dari perbuatan yang tak baik dan tak patut. Sabar adalah salah satu kekuatan seseorang yang dengannya pribadinya menjadi baik.

Al-Junaid bin Muhammad pernah ditanya perihal kesabaran. Ia pun menjawab:

تجرع المرارة من غير تعبس

"(Kesabaran ialah) seperti engkau meneguk minuman pahit tanpa bermuka masam."

Dzu An-Nun berkata:

التباعد عن المخالفات والسكون عند تجرع غصصى البلية وإظهار الغني مع حلول الفقر بساحات المعيشة

"(Kesabaran ialah) menjauhi segala amalan menyimpang, tabah kala cobaan datang, serta bersikap di depan manusia seolah berkecukupan, padahal sebenarnya ia miskin dan pada nafkah hidup betapa ia membutuhkan."

Ada yang berpendapat bahwa kesabaran adalah menghadapi musibah dengan etika yang baik. Ada pula yang berpendapat bahwa kesabaran adalah bersikap tidak membutuhkan apa pun kala alami musibah serta tak mengeluh.

Menata Kehidupan dengan Akal

ORANG berakal mengatur kehidupannya di dunia dengan akalnya. Jika ia miskin, ia akan bersungguh-sungguh bekerja dan mencari uang agar ia tak terhina di mata makhluk. Lalu ia pun mengurangi jumlah pengeluarannya dan memuaskan diri dengan apa yang ada. Karena itu, ia pun hidup dalam keadaan terbebas dari budi orang lain dan terhormat di tengah masyarakat. Sedang jika ia kaya, ia wajib mengatur pengeluarannya, karena ia bisa saja jatuh miskin, lalu ia mesti menghinakan diri kepada orang lain. Salah satu bentuk bencana adalah boros dan melampaui batas dalam berbelanja karena ingin menghina musuk. Padahal, tindakannya ini sejatinya justru bisa membuat musuh menyihirnya.

Seseorang seyogyanya mengambil jalan tengah dalam segala situasi, serta menutupi sesuatu yang tak layak diceritakan kepada orang lain.

Suatu saat, seorang petugas yang memandikan jenazah menemukan uang yang banyak. Ia lantas membelanjakannya sesuka hati. Ketika cerita penemuan uang itu diketahui orang banyak, harta yang ada di tempatnya disita. Ia pun kembali menjadi tak punya apa-apa.